FOLLOWERS

muwasafat tarbiyah




 

IMAM HASSAN AL-BANNA
MUWASORAF AT-TARBIAH


10 Ciri-ciri Peribadi Muslim-Hasan al-Banna

1)Akidah yang sejahtera(Salimul Aqidah)
2)Ibadah yang shahih(Sahihul Ibadah)
3)Akhlak yang sempurna(Matinul Khuluq)
4)Tersusun urusannya
5)Sihat tubuh badanya(Qawiyal Jism)
6)Berdisiplin dengan masa(Harithun ala waktihi)
7)Pandai berdikari
8)Bersungguh sungguh melawan hawa nafsu(Mujahadah ala nafsi)
9)Bermanfaat untuk orang lain(Nafiaun li ghairihi)
10)Berilmu pengetahuan(Mutsaqqafal Fikri)


Hasan al-Banna adalah tokoh besar dalam sejarah dakwah. Beliau pernah menggariskan 10 ciri-ciri penting dalam usaha pembentukan peribadi Muslim. Moga Allah sentiasa merahmati beliau dan memberi kekuatan untuk setiap dai yang mengambil suntikan motivasi perjuangan beliau. Semalam saya telah turun berkempen. Berkempen kepada anak-anak didik saya. Berkempen untuk dipraktikkan 10 ciri-ciri peribadi Muslim. Berkempen untuk melahirkan peribadi-peribadi unggul, yang bakal mencorakkan masa depan ummah dan negara....

Saya telah berkempen di sini hampir dua tahun, langkah seterusnya adalah untuk melihat kefahaman ini diterjemahkan, diparaktikkan dengan semaksima yang mungkin...

Muslim yang ingin mempersiapkan diri dalam perjuangan Islam perlu memperbaiki dirinya agar sentiasa terkehadapan daripada manusia lain. Risalah Islam yang syumul ini hendaklah difahami dengan membentuk diri yang syumul juga. Maka hendaklah diteliti di sini tentang aspek-aspek seorang da’ie Muslim dalam rangkanya untuk menjadi seorang Muslim yang sempurna. Sifat-sifat yang perlu ada pada diri ialah:






1. Salimul Aqidah.

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam' (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da'wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah sallallah ‘alahi wasallam mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid


Seorang da’ie semestinya redha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir. Sentiasalah muraqabah kepada Allah dan mengingati akhirat, memperbanyakkan nawafil dan zikir. Di samping itu, jangan dilupakan tugas menjaga kebersihan hati, bertaubat, istighfar, menjauhi dosa dan syubhat.


2. Shahihul Ibadah.

Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul sallallah ’alaihi wasallam yang penting, dalam satu hadisnya; beliau menyatakan: 'solatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku solat.' Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul sallallah ’alaihi wasallam yang bererti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

Seorang da’ie perlu melakukan ibadat yang meninggikan roh dan jiwanya, perlu belajar untuk membetulkan amalannya dan mengetahui halal dan haram dan tidak melampau atau berkurang (pertengahan) atau dengan kata lainnya bersederhana dalam setiap urusan dalam kehidupannya.






3. Matinul Khuluq.

Akhlak yang kukuh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah mahupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah sallallah ’alaihi wasallam ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur'an, Allah berfirman yang artinya: 'Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung' (QS 68:4).
Akhlak kita ialah Al-Quran dan ianya terserlah pada diri Nabi saw. Telah dijelaskan beberapa unsur oleh Imam Al-Banna dalam kewajipan seorang da’ie iaitu bersifat sensitif, tawadhu’, benar dalam perkataan dan perbuatannya, tegas, menunaikan janji, berani, serius, menjauhi teman buruk dan lain-lain.




4. Qowiyyul Jismi.

Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani bererti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fizikalnya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fizikal yang sihat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesihatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim, dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengubatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim selalu dalam keadaan lemah dan kesakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk perkara yang penting, maka Rasulullah sallallah alaihi wasallam bersabda yang artinya: 'Mu'min yang kuat lebih aku cintai daripada mu'min yang lemah' (HR. Muslim).

Dakwah adalah berat pada tanggungjawab dan tugasnya, maka di sini perlunya seorang da’ie itu tubuh badan yang sihat dan kuat. Rasulullah saw menitikberatkan soal ini, sabdanya:

“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dikasihi Allah dari mukmin yang lemah, tetapi pada keduanya ada kebaikan.”
Kita juga hendaklah sentiasa memeriksa kesihatan diri, mengamalkan riadah dan tidak memakan atau minum suatu yang boleh dan diketahui merosakkan badan.


5. Mutsaqqoful Fikri.

Intelek dalam berfikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fathonah (cerdas) dan Al-Qur'an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang ertinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: 'pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.' Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: 'Yang lebih dari keperluan.'Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktiviti berfikir. Untuk itu seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Biasakah kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang ertinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapatmenerima pelajaran (QS 39:9).


Seorang da’ie perlu berpengetahuan tentang Islam dan maklumat am supaya mampu menceritakan kepada orang lain perihalnya di samping perlu bersumberkan kepada Al-Quran dan Hadis serta ulama’ yang thiqah. Pesan Imam Banna:

“Perlu boleh membaca dengan baik, mempunyai perpustakaan sendiri dan cuba menjadi pakar dalam bidang yang diceburi.”

Selain itu, seorang da’ie perlu mampu membaca Al-Quran dengan baik, tadabbur, sentiasa mempelajari sirah, kisah salaf dan kaedah serta rahsia hukum yang penting.



6. Mujahadatun Linafsihi.

Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada dengan seseorang itu berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah sallallah ’alaihi wasallam bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

Seorang da’ie perlu mempunyai azam yang kuat untuk melawan kehendak nafsunya dan mengikut kehendak Islam di samping tidak menghiraukan apa orang lain kata dalam mempraktikkan Islam yang sebenarnya. Perlulah diingatkan bahawa dai’e mungkin melalui suasana sukar yang tidak akan dapat dihadapi oleh orang yang tidak biasa dengan kesusahan.



7. Harishun 'ala Waqtihi.

Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah s.w.t banyak bersumpah di dalam Al-Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: 'Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.' Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanfaatkan waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi sallalla ‘alaihi wasallam adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

Sentiasa beringat bahawa waktu, nilainya lebih mahal dari emas, waktu adalah kehidupan yang tidak akan kembali semula. Mengimbau kembali sejarah di zaman dahulu, para sahabat sentiasa berdoa agar diberkati waktu yang ada pada mereka.



8. Munazhzhamun fi Syu'unihi.

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama,maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kesinambungan dan penguasaan ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

Untuk manfaatkan waktu dengan baik, maka timbulnya keperluan kepada penyusunan dalam segala urusan. Gunakanlah segala masa dan tenaga tersusun untuk manfaat Islam dan dakwah.


9. Qodirun 'alal Kasbi.

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur'an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

Seorang da’ie walaupun kaya, perlu bekerja. Dia juga tidak boleh terlalu mengejar jawatan dalam kerajaan. Dalam keadaan tertentu, meletakkan jawatan dan meninggalkan tempat kerja mengikut keperluan dakwah lebih utama dari gaji dan pendapatan yang diterima. Selain itu, dia hendaklah sentiasa melakukan setiap kerja dengan betul dan sebaiknya (ihsan). Dalam soal kewangan, menjauhi riba dalam semua lapangan, menyimpan untuk waktu kesempitan, menjauhi segala bentuk kemewahan apatah lagi pembaziran dan memastikan setiap sen yang dibelanja tidak jatuh ke tangan bukan Islam adalah beberapa perkara penting yang perlu dititikberatkan dalam kehidupan.


10. Naafi'un Lighoirihi.

Bermanfaat bagi orang lain (nafi'un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir). Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.

Da’ie umpama lilin yang membakar diri untuk menyuluh jalan orang lain. Da’ie adalah penggerak kepada dakwah dan Islam. Masa depan Islam, hidup dan terkuburnya Islam bergantung kepada da’ie. Amal Islam seorang da’ie ialah untuk menyelamatkan orang lain daripada kesesatan. Da’ie akan sentiasa merasa gembira bila dapat membantu orang lain. Paling indah dalam hidupnya ialah bila dapat mengajak seorang manusia ke jalan Allah.





Blogger Template by Blogcrowds